Lhoksukon | Infoacehutara.com — LSM Center for Information Of Samudra Pasai Heritage (CISAH) menggelar peringatan haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang ke-750 tahun. Acara ini dilaksanakan di kompleks makam sang sultan, tepatnya di Gampong Beuringen Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Kegiatan dilaksanakan setelah salat asar dipandu oleh Zulfikar, diawali dengan samadiyah yang dipimpin oleh Tgk. Izwani, dan pembacaan doa oleh Tgk. H. Fauzil Mubarraq Lc. Acara dilanjutkan dengan pemaparan sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang disampaikan oleh peneliti sejarah Islam, Sukarna Putra.
Peringatan haul tahun ini dihadiri oleh komunitas Trader Kripto Aceh, pengusaha lokal, unsur KPA wilayah Pasee, anggota DPR Aceh Armiyadi SP, Dansub Bais Aceh Rusman beserta anggota, akademisi, anggota Koramil/06 Samudera, insan pers, aparatur Gampong Beuringen dan Krueng Mate.
Dalam pemaparannya Sukarna Putra yang juga peneliti dari LSM Cisah ini menyampaikan Sultan Malik Ash-Shalih merupakan pemimpin pertama dalam perpolitikan Islam tertinggi untuk kawasan Asia Tenggara yang bergelar sultan.
“Sultan Al-Malik Ash-Shalih memiliki beberapa keistimewaan dalam masa kepemimpinannya sebagai founding father, peletak fondasi dasar dalam memangku dakwah untuk kawasan Asia Tenggara yang luas, dengan kepribadiannya tersebut dan terus diikuti penerusnya,” ungkapnya.
Sukarna Putra juga memaparkan beberapa sifat yang melekat pada sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang terekam pada batu nisan bagian selatan pusaranya, yakni, At-Taqiy (yang bertakwa), An-Nashih (pemberi nasihat), Al-Hasib (yang berasal dari keturunan terhormat), An-Nasib (yang terkenal), Al-‘Abid (ahli ibadah), dan Al-Fatih (sang pembebas).
Menurut Sukarna Putra, pembebasan yang dilakukan Al-Malik Ash-Shalih, dan realitas dari perjuangan beliau berabad silam dapat disaksikan sekarang adalah berdirinya negara-negara baru di kawasan Asia Tenggara.
“Salah satunya Indonesia hari ini sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dan mazhab Syafi’i merupakan fikih yang menjadi acuan hukumnya,” bebernya.
Acara dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada puluhan anak yatim di sekitar makam, dan ditutup dengan berbuka puasa bersama. []