Lhoksukon | Infoacehutara.com – Center for Information of Samudra Pasai Heritage (CISAH) menggelar peringatan hari wafatnya (Haul) Sultan Malikussaleh ke-749 tahun yang dilaksanakan di kompleks makam sang Sultan, gampong Beuringen, kecamatan Samudera, Aceh Utara, pada Selasa, 26 Maret 2024.
Peringatan haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih atau lebih dikenal dengan Sultan Malikussaleh yang wafat pada bulan Ramadan tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi itu dimulai dengan pelaksanaan salat asar berjamaah.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan sosok Sultan Malikussaleh yang merupakan sultan pertama Kesultanan Samudera Pasai oleh Tgk Sukarna Putra.
Dalam paparannya, Sukarna menyampaikan Sultan Malikussaleh merupakan pemimpin pertama dalam perpolitikan Islam tertinggi untuk kawasan Asia Tenggara yang bergelar sultan.
“Sultan Al-Malik Ash-Shalih memiliki beberapa keistimewaan dalam masa kepemimpinannya sebagai founding father, peletak fondasi dasar dalam memangku dakwah untuk kawasan Asia Tenggara yang luas, dengan kepribadiannya tersebut dan terus diikuti penerusnya,” ucap Sukarna yang juga peneliti sejarah dari LSM CISAH.
Lebih lanjut, Sukarna menyebut beberapa sifat yang melekat pada sosok Sultan Malikussaleh yang terekam pada batu nisan bagian selatan pusaranya.
“Yakni At-Taqiy yang bertakwa, An-Nashih pemberi nasihat, Al-Hasib yang berasal dari keturunan terhormat, An-Nasib yang terkenal, Al-‘Abid ahli ibadah, dan Al-Fatih sang pembebas,” jelasnya.
Menurut Sukarna, pembebasan yang dilakukan Sultan Malikussaleh dan realitas dari perjuangan sang sultan berabad silam dapat disaksikan sekarang adalah berdirinya negara-negara baru di kawasan Asia Tenggara.
“Salah satunya Indonesia hari ini sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dan mazhab Syafi’i merupakan fikih yang menjadi acuan hukumnya,” terangnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan samadiyah dan do’a yang dibacakan oleh Abi Muhib Beuringen, kemudian dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada belasan anak yatim yang berasal dari sekitar makam. Kegiatan ditutup dengan buka puasa bersama.
Acara ini turut dihadiri oleh para pemerhati sejarah, budayawan, staf bidang kebudayaan Aceh Utara, komunitas trader Aceh, tokoh masyarakat, insan pers, dan anggota Koramil Samudera. []