Teungku Zulkarnaini bin Luthan bin Abdul Ghani atau yang kini sering disapa Abana Simpang Dama merupakan Pimpinan Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama Gampong Ulee Tanoh Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara.
Beliau lahir di Gampong Ulee Tanoh dalam kecamatan yang sama, 40 tahun silam, tepatnya pada 20 Desember 1982.
Beliau juga terlahir dari keluarga yang terpandang dan mumpuni dalam bidang Agama. Ayahnya Teungku Luthan bin Abdul Ghani dikenal sebagai orang yang taat beribadah serta memiliki jiwa yang lembut dan penyantun.
Beliau juga merupakan guru dari masyarakat Gampong Ulee Tanoh kala itu. Sosok Tgk Luthan sendiri memang tidak begitu masyhur seperti ulama-ulama lainnya namun beliau tetaplah pahlawan tanpa pamrih bagi sebagian besar masyarakat Ulee Tanoh mulai dari kalangan muda hingga yang tua.
Beranjak dari keluarga yang terjaga, Abana muda mulai belajar kepada Ayahnya, didikan moral dan akhlak dari ayahnya perlahan beliau terapkan dalam keseharian nya, hingga tiba saat beliau duduk dibangku SMP, Ayahnya mengantarkan Abana untuk mondok di Dayah Abu Simpang Dama yang juga terletak di Gampong Ulee Tanoh.
Di sana, Abana sangat antusias dan fokus dalam menuntut ilmu agama, hingga pernah beliau berkeinginan untuk berhenti sekolah dan melanjutkan fokusnya terhadap pendidikan dayah, namun keinginan beliau kala itu belum dituruti oleh Ayahnya mengingat saat itu Abana sudah hampir lulus SMP.
Keshalihan beliau juga tampak saat beliau berangkat sekolah, di mana pada masa itu siswa mengenakan celana pendek, namun Abana muda selalu mengenakan celana panjang ketika berangkat sekolah.
Kesibukan dan tugas sekolah sama sekali tidak menjadi beban bagi beliau, terbukti kemudian selalu menjadi juara kelas dan kerap menjadi siswa teladan di sekolahnya, bahkan menurut cerita beliau telah mampu menghafal kitab “Kawakibud Durriyah” yang merupakan salah satu Kitab Nahu populer di kalangan pesantren pada usia beliau yang masih SMP.
Setelah lulus SMP sekitar tahun 1998, Abu Luthan (Ayahnya Abana) mengantarkan Abana muda ke Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Pidie Jaya untuk berlabuh di lautan ilmu di bawah nakhoda Ulama Besar Aceh Abu Kuta Krueng.
Di Darul Munawwarah, Abana berguru langsung kepada Abiya H Anwar, putra tertua Abu Kuta Krueng yang juga Rais ‘Amr Darul Munawwarah yang kala itu baru kembali ke Darul Munawwarah setelah sekian lama menuntut ilmu di Dayah MUDI Samalanga.
Dari tahun 1998 hingga sekarang, Abana aktif dalam belajar dan mengajar di Dayah Waliyullah Aceh itu, kontribusi dan khidmat Abana terhadap Darul Munawwarah sampai kini mendapat apresiasi langsung dari Abu dan Abiya. Pemikiran-pemikiran jernih dan cemerlang beliau mampu membawa Darul Munawwarah menjadi salah satu pesantren ternama di dalam maupun luar negeri.
Tak ayal, berkah kejeniusan dan kegigihannya Abana pun dipercayakan menduduki posisi sentral di Dayah Abu Kuta Krueng. Posisi Abana di Dayah tersebut berada di bawah Abu dan Abiya, bisa dikatakan beliau merupakan orang ketiga di Darul Munawwarah. Ini karena beliau menjabat sebagai Sekretaris Umum Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Pidie Jaya.
Kini, Abana dengan tanpa mengenal lelah telah menghibahkan dirinya untuk berjuang demi pesantren. Bolak-balik dari Darul Munawwarah ke Babussa’adah Al Munawwarah selalu beliau jalani dengan hati yang ikhlas, jiwa yang tenang dan wajah yang senantiasa menebar senyum tanpa pernah mengeluh dan berkata tidak saat dapat panggilan dari Darul Munawwarah Kuta Krueng.
Digitalisasi Darul Munawwarah
Beberapa tahun sebelumnya, ketika penulis masih berada di Dayah Darul Munawwarah, kala itu Dayah tersebut masih biasa biasa saja. Tahun 2018, penulis bersama-sama dengan rekan sekelas ditempatkan dari Darul Munawwarah ke Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama, Aceh Utara (Dayah Abana Simpang Dama).
Semenjak itu, perlahan kami melihat sedikit demi sedikit perubahan terjadi di Darul Munawwarah, mulai dari tatanan pendidikannya hingga ekonomi pesantrennya.
Yang paling berkesan dan luar biasa adalah ketika Darul Munawwarah secara resmi mengumumkan dan sukses launching Bank Santri Munawwarah (BSM), lengkap beserta dengan Mobile Banking-nya yang diberi nama MBD (Mobile Banking Dayah).
Keberhasilan itupun membuat Darul Munawwarah menjadi Dayah Pertama di Aceh yang sukses membuat Bank dan Banking sendiri, bahkan MBD itu pun masuk dalam daftar Play Store. Tak hanya di Pusat, Bank Santri dan MBD pun siap dibuka di setiap cabang Darul Munawwarah dan terkini sudah ada beberapa cabang yang telah membuka cabang Bank Santri tersebut.
Kesuksesan Darul Munawwarah ini tidak terlepas dari gigih dan jeniusnya Abana Simpang Dama dalam merancang dan merealisasikan satu-persatu misi digitalisasi yang telah lama di wacakan oleh Abana dan Abiya sendiri hingga Darul Munawwarah tersohor hingga ke negeri jiran Malaysia.
Abana layak dikatakan sebagai pembawa perubahan untuk Darul Munawwarah, maka tak ayal pula jika hingga kini belum ada sosok lain di Darul Munawwarah yang mampu menggantikan posisi dari Abana Simpang Dama.
Adanya Bank Santri Munawwarah dan Mobile Banking Dayah menjadi daya tarik sendiri bagi santri dan para wali santri yang ingin memondokkan anaknya ke Darul Munawwarah. Terbaru, Darul Munawwarah juga mendapatkan Penghargaan dari Bank Indonesia Perwakilan Aceh dan Abana pun turut diundang mewakili Darul Munawwarah untuk mengikuti Acara Aceh Sharia Festival beberapa waktu lalu di Banda Aceh.
Tidak berhenti sampai di situ, Darul Munawwarah terus berbenah di berbagai bidang baik di Dayah Induk maupun Cabangnya di berbagai tempat.
Terbaru Dayah Abu Kuta Krueng itu baru saja selesai menggelar Wisuda Pertama Ma’had ‘Aly Darul Munawwarah dengan sebagian besarnya mewisudakan para Guru dan Alumni Dayah Darul Munawwarah dengan bertitel Sarjana Agama.
Darul Munawwarah juga membuka dan mengesahkan Lajnah Tahfidzul Qur’an (LTQ) untuk para santri sebagai salah satu dari bagian program unggulan Dayah yang beralamat di Gampong Kuta Krueng Ulee Gle itu.
Kiprah sebagai Pimpinan Dayah Babussa’adah Al Munawwarah
Meskipun masih aktif di Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Pidie Jaya, Abana juga selalu mengatur waktu dan sebisa mungkin mendongkrak pendidikan dan eksistensi Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama, Aceh Utara.
Dibalik kesibukan dan khidmatnya untuk Darul Munawwarah, perlahan Abana mampu mencetus dan merealisasikan berbagai program-program terbaik untuk generasi, para santri dan dewan guru Babussa’adah Al Munawwarah.
Teranyar, Abana membentuk Program Tahfidz Al Qur’an Spesial Ramadan untuk para santri dan guru Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama.
Selain itu, Abana juga mengajarkan kepada masyarakat Dayah Babussa’adah tentang kedisiplinan, kekeluargaan, kerja sama dan cara membentuk kesatuan dan persatuan agar bisa menjadi generasi yang aktif dan tampil di masa mendatang, generasi yang bisa membawa perubahan dan menjadi kekuatan untuk Bangsa dan Agama.
Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama ini sendiri berlokasi di Gampong Ulee Tanoh Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh.
Terkini, Pendidikan berbasis Kitab Kuning di Dayah Babussa’adah Al Munawwarah baru saja mendapatkan pengakuan langsung dari Kementerian Agama Republik Indonesia dengan disahkannya Dayah BSM ini sebagai salah satu lembaga pendidikan yang terdaftar memiliki Izin Operasional Satuan Pendidikan Muadalah (SPM).
Pendidikan Muadalah sendiri merupakan satu sistem pendidikan yang santri dan lulusannya nanti akan mendapatkan pengakuan berupa Ijazah yang dilegalisir langsung oleh Kementerian Agama RI.
Sebagaimana diketahui pula, lulusan Pesantren penyelenggara Satuan Pendidikan Muadalah bakal bisa melanjutkan pendidikannya ke Universitas manapun di Nusantara maupun Mancanegara. Pun, lulusannya juga bisa mendaftar di pemerintahan maupun Abdi Negara seperti Polisi dan TNI.
Sanad Keilmuan Abana Simpang Dama
Abana pertama kali belajar kepada Abu Simpang Dama (Abu Ismail TB), Abu Simpang Dama belajar kepada Abu Matang Pakeh, Abu Matang Pakeh (Abu Zainuddin) belajar kepada Syaikhul Islam Abuya Muda Waly Al Khalidy (Abuya Muda Waly).
Dalam perihal keilmuan Abu Simpang Dama, setelah 4 tahun belajar di Matang Pakeh, Abu Simpang Dama selanjutnya belajar ke Dayah MUDI Mesra Samalanga yang kala itu dipimpin Oleh Abon Aziz Samalanga (murid Abuya Muda Waly).
Ketika Abana melanjutkan pendidikannya ke Darul Munawwarah Kuta Krueng, Abana berguru kepada Abiya Kuta Krueng, Abiya Kuta Krueng berguru kepada Abu Mudi Samalanga, Abu Mudi berguru kepada Abon Aziz Samalanga (murid Abuya Muda Waly).
Di samping belajar kepada Abiya Kuta Krueng, Abana juga pernah belajar langsung kepada Abu Kuta Krueng, dari sini sanad keilmuannya tercatat sampai ke Pengarang Kitab I’anatut Thalibin Sayyid Bakri Asy Syattha. Abana Simpang Dama bersambung ke Abu Kuta Krueng lalu Abi Hanafiah (Tgk Abi). Tgk Abi ini, menurut cerita dan tercatat sejarah pernah menimba ilmu ke Makkah kepada Sayyid Bakri Asy Syattha.
Dari sanad keilmuannya, Abana Simpang Dama merupakan Ulama Muda yang bersambung sanad keilmuan kepada para Ulama Ulama besar di Nusantara maupun Mancanegara dan tentunya bersambung hingga ke Rasulullah.
Falillahilhamd.. Semua ini tidak terlepas dari kerja keras dan kontribusi sosok muda yang ramah, lembut, penuh senyum, jenius dan berwibawa, yakni Abana Simpang Dama.
Maka melalui tulisan ini, penulis berharap serta berdoa semoga Abana senantiasa dalam lindungan Allah, serta Allah mudahkan segala urusan beliau dunia dan akhirat. Amin Allahumma Amin.
* Penulis adalah Dewan Guru Dayah Babussa’adah Al Munawwarah Simpang Dama Gampong Ulee Tanoh Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara.